ratapan sang bumi ( earth day )

Posted by Unknown on 10.02




Dihari ini sang bumi meratapi hidupnya yang telah rapuh, renta dan digerogoti kuman-kuman yang menghianati dan menjadi benalu dikulitnya

Menempuh perjalanan panjang menggapai mimpi, melewati masa-masa suram kala malam kian sepi dan fajar menjelang. Adakah selalu harapan, sementara impian kian tenggelam tertimbun keserakahan. Malam selalu kembali dan malam akan selalu kembali memenuhi panggilan waktu. Mentari diam dalam bayangan, mencoba mencari jalan setapak yang tengggelam.


Aku kian kering

Aku kian gersang

Aku kian menderita

Aku pernah melewati masa suram, membayangkan setetes air sejuk jatuh dari segala penjuru langit. Aku pernah melewati jalan yang gelap, mengharapkan stitik cahaya terangi dari balik do’a. Aku pernah berdiri sendiri ketika puncak gunung kian pekat terbungkus kabut, kian kelam seiring syair malam. dan ketika pagi mentari tertunduk lesu menatap hamparan bumi yang kian kering. Ada harapan pada setitik api tetapi tidak ada kehendak untuk kebakaran berkobar.

Kini hanya sebait do’a yang bisa ku raih, hanya segengam harap yang kupanjatkan. Kemarin, kini, dan nanti……….

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Tangisan sang bumi secara kasap mata dan kasap telinga tidak akan pernah terdengar, namun bila kita memberikan waktu dalam satu menit untuk meleburkan jiwa yang tulus untuk mendengarkan derita dan tangisan sang bumi maka kita tidak akan mampu menahan betapa pilunya suara isakan dan ratapan yang sedang terjadi pada mata hati sang bumi, yang terbias dari rongga nafas anak manusia yang tanpa tersengaja menjerit tanpa suara dan gaung. Begitu arif_begitu lembutnya, begitu dewasanya, begitu tabahnya begitu sabarnya, begitu bijaksananya, begitu kharismatiknya, begitu pandainya sang mata hati bumi menyembunyikan kesedihan dan ketidakberdayaannya terhadap kecongkakkan dan kesombongan

Aku tidak bisa untuk tidak merasa BERSALAH, karena aku termasuk pada generasi yang berkontribusi menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan atau dengan seenaknya tidak memperhatikan semua tanda peringatan.

Dengan kehinaanku, Dihari ini tanggal 22 April aku hanya bisa ucapkan

Selamat Idul Fitri, Bumi..!!!

"Selamat Idul fitri bumi, maafkanlah kami yang selama ini tidak semena-mena kami memperkosamu. Selamat idul fitri langit, maafkanlah kami, selama ini tidak henti-henti-hentinya kami mengelabukanmu"




Bumi yang selama ini telah begitu relanya menampung diri kita, cucu kita, tingkah laku, kedzoliman, kesombongan maupun ketawadhu'an kita tanpa menagih upah sepeser pun serta berupaya sebaik mungkin menelurkan nutfah-nutfah kesuburannya demi kelangsungan hidup "sang kholifah" agar tidak "fakir" dan terganggu maenjalankan amanatnya.


Namun kelihatannya "sang kholifah" tidak menyadari keikhlasan "ibu pertiwi", malah sebaliknya kelakuan "sang kholifah' semakin menggila mengeksploitasinya. Padahal yang dibutuhkan "ibu pertiwi" hayalah sebuah sikap kearifan dalam mengelolanya, memperlakukannya sama sebagai satu kesatuan sebagai Makhluk Allah yang mempunyai kesamaan dalam menauhidkan, menyembah dikeharibaan-Nya meskipun mempunyai perbedaan Syari'at dalam menyembahnya.


Biarkanlah perempuan-perempuan memperjuangkan haknya dan membuka tabir yang menyekat di sepanjang peradabannya. Sekarang marilah kita meng-emansipasikan bumi, meng-Idul Fitrikan bumi, mengembalikan bumi pada fitrohnya.



earth in you'r hand
Ulurkan tangan, jangan pernah ragu kawan. Dunia memanggil tuk kita berbuat . ...
About Earth, Bumi Kita Butuh Langkah Cepat ...

salam lestari

"Katakanlah saya mencintai bumi untuk saat ini dan sampai hari nanti"

Ingat kita hanya punya satu kesempatan dengan satu bumi yang kita tempati, yang dititipkan Tuhan untuk anak cucu kita.

One Earth... One Hope...






0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Instagram
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site