Sebuah adagium Prancis menyebutkan , "Tidak ada wanita yang rusak, tapi ada laki-laki perusak." Sebelumnya saya tidak mengenal ungkapan tersebut. Tapi saya merasakannya dengan samar, dan terbukti saya menolak hukum pasti dan universal ini diperuntukkan bagi wanita.
Sayangnya, sastra arab dipenuhi dengan hukum universal ini. Sebenarnya bukan hanya sastra Arab saja. tapi sastra dunia juga. Seorang penyair berkata : Wanita adalah setan-setan yang diciptakan kita, aku berlindung kepada Allah dari tipu daya setan. siapa yang diuji dengan mencintai mereka, ia telah menyia-nyiakan keteguhannya terhadap dunia dan agama. Dua bait syair ini terdapat pada dua kisah mesir belakangan selain kisah-kisah Seribu Satu Malam.
Febkih Feltez menuliskan, bahwa bait pertama syair ini dalam maknanya hampir menyerupai perkataan seorang sastrawan Pafari dan Amin al-Bilad yang hidup tahin 1560-1620 Masehi. Sastrawan protestan asal jerman itu mengatakan, "Wanita adalah alat kepatuhan dan alat yang terdapat pada tangan setan. Dengannya ia membawa seluruh kejelekan dan dosa kepada dunia. Dan dengannya pula ia menjadikan mayoritas laki-laki yang pintar dan bertaqwa menjadi gila dan keliru."
Mirip dengan ini adalah kisah-kisah dalam Seribu Satu Malam tentang kelalaian para wanita dan kebodohan akal serta buruknya pemikiran mereka. Seperti diketahui, Seribu Satu Malam adalah kumpulan cerita yang berasal dari India, Persik, Irak, Syam, Mesir dan Turki. Artinya bahwa pendapat tentang wanita didalamnya bukanlah pendapat orang Mesir saja, tapi merukan pendapat dunia timur pada umumnya. Sayangnya, ia dicegah untuk dipublikasikan.
Ketika membaca hukum-hukum yang dilindungi untuk dipublikasikan saya merasa bahwa saya berada didepan sebuah hukum emosi (perasaan) terhadap sebuah pengalaman khusus, dan bukan hukum universal terhadap wanita. Itu sebabnya, ketika membaca adagium Perancis tadi, saya merasakan bahwa didalamnya terdapat nilai kebenaran yang lebih besar daripada yang terdapat pada pendapat-pendapat yang memusuhi wanita, atau menuduhnya sebagai biang kejahatan.
Adagium Perancis tersebut menunjukan generalisasi. Pada bagian yang berhubungan dengan nilai universal tersebut didalamnya memang terdapat bagian yang keliru. Namun bila dibatasi, tidak menggunakan generalisasi, mungkin kebenarannya lebih banyak. Kata dalam adagium, "Tidak ada wanita yang rusak" menunjukan generalisasi. Tapi pembatasan universal ini dengan laki-laki perusak memindahkan adigium tersebut kepada tingkatan penghormatan yang menjadikannya diterima logika.
marilah kita renungkan bersama beberapa cerita tragedi kemanusiaan yang menggambarkan kesesatan wanita. Kita akan selalu atau sering melihat bahwa ada seorang laki-laki di belakang wanita yang tersesat.

Seorang wanita dengan susunan kemanusian yang diciptakan Allah memiliki tendesi kepada prioritas, kestabilan dan keselarasan. Sedangkan laki-laki kadang cenderung variatif dan revormis. Dikarenakan fitrah wanita yang tidak menerima kecuali seorang laki-laki, dan disebabkan fitrah laki-laki yang cenderung pada poligami. Islam memperbolehkan poligami dan melarang poliandri.
Pada dasarnya, wanita membutuhkan seorang laki-laki saja. Dan wanita ketika mencintai, ia enggan memandang orang yang tidak dicintainya sebagaimana ia memandang orang yang dicintainya. Saat laki-laki yang bukan pilihannya, akan berdiri bulu romanya.
0 komentar:
Posting Komentar