Rabu (17/11/2010). Sudah lebih dari 6 jam, ratusan warga miskin di Depok mengantri untuk mendapatkan satu kilogram daging kurban di depan pintu gerbang Polres, Depok. Karena sudah tidak sabar, ratusan warga itu mendorong pintu gerbang Polres Depok hingga penyok.
Ratusan warga yang didominasi ibu rumah tangga dan anak-anak ini sudah mengantre sejak usai salat Id tadi pagi. Padahal pembagian daging kurban baru akan dilakukan usai salat dzuhur.
Melihat aksi warga yang saling dorong, bahkan ada beberapa yang terinjak-injak dan ada pula yang pingsan ini membuat petugas yang berjaga didepan gerbang kewalahan. Kepala Satuan Intel dan beberapa anggota provost langsung turun tangan mengatasi kericuhan ini.
Kericuhan ini bermula saat petugas hanya membagikan kupon kepada kaum ibu dan anak-anak. Para lelaki yang sama-sama mengantri sejak pagi pun melakukan aksi dorong mendorong itu. Untuk menyiasati agar pembagian daging kurban berlangsung tertib, petugas membolehkan warga masuk secara bertahap yakni per 20-30 orang.
Mayoritas warga mengeluhkan kejadian ini. "Inilah nasib orang kampung, yang mau makan daging saja hanya 2 kali dalam satu tahun. Idul Fitri dan Idul Adha saja," kata salah seorang warga Kampung Mangga, Pancoran Mas.
Keadaan semakin kacau saat aksi dorong-dorongan ini tak mereda. Terlebih, anak-anak kecil yang dibawa kaum ibu menangis. Beberapa orang ibu juga terlihat mengalami lecet-lecet dikakinya. Idul Adha kali ini Polres Depok hanya membagikan 400 paket untuk warga, sedangkan 300 untuk anggota Polres.
Sungguh ironis potret negeri ini, di satu sisi gedung tinggi megah, mobil-mobil mewah, kehidupan bergelimang glamor, disisi lain tak jauh dari itu masyarakat menjerit, hanya demi ½ kg daging kurban atau uang zakat, mereka rela berdesak-desakan, terijak-injak bahkan kehilangan nyawa.
Orang kaya mengorbankan harta untuk beramal, sedangkan orang miskin mempertaruhkan atau mengorbankan nyawa untuk memperoleh amalan orang kaya.
Teringat kisah sahabat nabi Umar r.a. sering berkeliling tanpa diketahui orang utk mengetahui kehidupan rakyat terutama mereka yg hidup sengsara. Dengan pundaknya sendiri ia memikul gandum yg hendak diberikan sebagai bantuan kepada seorang janda yg sedang ditangisi oleh anak-anaknya yg kelaparan.
Subhanalah,.. Sungguh kami rindu..
0 komentar:
Posting Komentar